Virgin: Memahami Selera Pelanggan

Menengok profil orang-orang sukses (VII)

"Screw It, Let's Do It". Itulah motto hidup Richard Branson, sang pemilik Virgin Group. Awalnya, virgin adalah nama sebuah produksi rekaman kecil-kecilan yang dirintis Richard pada tahun 1970. Pada perkembangannya, Virgin kemudian menjelma menjadi perusahaan raksasa yang kini telah memiliki lebih dari 200 perusahaan yang tersebar di berbagai negara di seluruh penjuru dunia. Virgin semakin mengepakkan sayapnya di tengah dinamika bisnis yang hiperaktif ini dengan merambah beragam jenis usaha, mulai dari produksi rekaman, penerbangan, operator telepon, wedding organizer hingga resort mewah. Sang empunya pun masuk dalam deretan milyader papan atas dengan total kekayaan berkisar 2,8 milyar pundsterling. Siapakah sosok Richard Branson?.

Pria berkebangsaan Inggris yang lahir pada 18 Juli 1950 ini adalah seorang entrepreneur gigih. Dia dikenal sebagai usahawan yang tidak pernah puas dengan apa yang dia dapat. Ketika berhasil meraih satu bidang usaha, pada saat yang bersamaan ia selalu percaya bahwa semakin banyak lagi peluang yang dapat diraihnya. Dengan prinsip, 'there is nothing permanent except change', Richard selalu berusaha menciptakan impian-impiannya.

Sejak kecil, ia menderita penyakit disleksia. Disleksia adalah sebuah kondisi dimana seseorang tidak mampu belajar dengan baik, karena ia sangat lemah ketika melakukan aktifitas membaca dan menulis. Begitu juga dalam menganalisa. Karena penyakit itulah, semua guru di sekolahan mengira bahwa Richard adalah anak bodoh yang sangat malas. Sadar akan kelemahaannya, ia pun segera bangkit dan menghafal semua pelajaran yang dia terima di sekolah.

Dengan status tidak lulus SMA, Richard mengelola majalah Student pada umur 16 tahun. Ketika usianya menginjak 20 tahun (1970), ia mulai merintis bisnis rekaman yang diberi nama "Virgin". Bisnis pertama yang mengambil tempat di Jalan Oxford, London itu ditekuninya dengan sangat cermat.

Sebenarnya, Richard bukanlah orang yang memiliki pengalaman berbisnis yang baik. Lantas, apa modal untuk melakukan inovasi bisnis?. Ia sangat yakin bahwa -dalam dunia bisnis- ketika seseorang bisa memenuhi keinginan pelanggan, maka impian sebesar apapun akan segera terwujud. Di sinilah Richard memandang perlunya hospitality (pelayanan). Karena -menurutnya- yang menggaji kita tidak lain adalah pelanggan kita sendiri. Baginya, kenyamanan dan kepercayaan seorang pelanggan adalah hal terpenting. Silahkan anda buktikan; bagaimana kesan ketika memasuki counter-counter Virgin?. Warna merahnya yang sangat dominan nan elegan di seluruh ruangan plus sapaan ramah sales-nya, membuat kita begitu nyaman dan ingin berlama-lama di sana. Dari 'menu' yang disediakan nampak sekali bahwa Richard Branson paham betul bagaimana cara memuaskan customer.

Dengan tekad dan nyali yang kuat kemudian Richard mencoba untuk merambah ke area lain. Setidaknya Virgin -yang mulanya menjadi nama produksi rekaman- kini mempunyai 11 jenis usaha, yaitu Virgin Atlantic (penerbangan), Virgin Megastore (supermarket musik), Virgin Books (buku dan majalah), Virgin Credit Card (Kartu Kredit), Virgin Holidays (paket tour), Virgin Trains (kereta api), V2 Music (produksi musik), Virgin Active (fitness), Virgin Galactic (penerbangan), Ulusaba (permainan dan hiburan), dan Necker Island (pulau pribadi yang dikomersilkan).

Satu hal yang menarik, bapak dua anak -yang mendapatkan gelar bangsawan dari Kerajaan Inggris pada 1999- ini begitu mantap menambah deretan jenis usahanya tersebut karena terinspirasi oleh fenomena yang ia temui dalam kesehariannya. Dalam keadaan ini, Richard selalu merenung bahwa seseorang sedang membutuhkan sesuatu. Di sisi lain, datanglah 'kekuatan dewa' yang meyakinkannya bahwa ia mampu 'melayani' customer dengan baik. Misalnya inovasinya menambah bar berdiri (stand-up bars). Dalam salah satu perjalanan pesawat, Richard melihat seorang gadis cantik duduk di seberang seat-nya. Ia pun berkenalan dan akhirnya mereka sangat 'intim'. Ia melihat bahwa dalam keadaan itu, seseorang membutuhkan fasilitas berintim yang nyaman. Dari sinilah Richard terinspirasi untuk memperkenalkan bar berdiri di Virgin Atlantic.

Pada tahun 1992, waralaba Virgin di jual kepada THORN EMI senilai USD. 1 Billion. Laporan pembukuan tahun 2002 menunjukkan bahwa total penjualannya pada tahun tersebut mencapai 4 miliar poundsterling.

"Selepas bangun tidur di pagi hari, saya selalu suka merancang mimpi indah.
Terlalu sayang untuk melewatkan mimpi-mimpi indah itu. Ketika Anda mempunyai mimpi dan tekad, yakinlah semuanya akan terjadi".
-Richard Branson-

-Disarikan dari berbagai sumber-

0 comments: