Excelso Besar Bermodal Optimisme

Menengok Profil Orang-orang Sukses [III]

Ketatnya persaingan, acapkali membuat nyali kita ciut. Cepatnya perubahan, seringkali membuat kita pasrah dengan keadaan. Inilah kenyataan hidup.

Di zaman yang ‎global ini, perubahan bisa terjadi dalam hitungan hari, jam, bahkan detik. Keajaiban acapkali datang dan ‎hadir dalam keseharian kita. Dan mungkin, kita termasuk orang yang sering terperanjat dengan ‎perubahan-perubahan yang terjadi begitu cepat.

Sebagai insan yang beragama, tentu kita harus menghadapinya dengan besar hati. Kalaupun rasa ‎takut sering hadir dan menggelayuti pikiran, itu manusiawi. Namun, lagi-lagi, hal itu bisa menjadi ‎bumerang ketika kita hanya takut dan merasa kerdil di hadapan yang lain. ‎

Kita harus yakin bahwa Allah tidak akan mengingkari janjinya. Janji untuk memberikan kompensasi ‎kepada hamba-Nya yang mau berkreasi. ‎

Bukankah Allah Swt telah berfirman; "Jangan pernah takut dan putus asa akan ‎rahmat Allah" (QS. Azzumar: 53). Pada ayat lain Allah juga menyitir bahwa, "Allah tidak akan ‎merubah nasib hamba-Nya, kecuali ia (hamba) mau –berusaha- merubah dirinya sendiri" (QS. Arra'ad: ‎‎11).

Untuk menguatkan ayat tersebut, Nabi Muhammad Saw bersabda: "Kalian lebih tahu tentang urusan ‎dunia. Maka kuatkan nyali untuk melakukan inovasi-inovasi baru" (Al-Hadits). Dan masih banyak ajaran ‎Rasulullah Saw yang memotivasi kita untuk selalu melakukan kompetisi yang fair.‎

Terang sekali bahwa Islam selalu memacu kita untuk terus berusaha demi melawan tantangan global. ‎Karenanya, kuatkan nyali dan mulailah membuat kerangka untuk mendapatkan perubahan yang berarti. Bangun optimisme dalam diri kita.‎

Marilah kita lihat kisah kedai kopi Excelso -yang dibentuk Grup Kopi Kapal Api- dalam merespon persaingan yang semakin ketat dengan gerai-gerai asing. ‎

Kalau anda menemukan kedai kopi Excelso di beberapa pusat perbelanjaan, itulah gerai kopi terbesar di ‎Indonesia saat ini. Merebaknya kedai kopi asing, seperti Starbucks dan Coffee Bean & Tea Leaf, ‎dianggap sebagai proses yang sangat natural dalam kancah perbisnisan. Karenanya, dengan modal optimisme, Excelso ‎bertekad untuk andil dalam kompetisi itu. ‎

Kedai Excelso adalah pionir kedai kopi Indonesia. Soedomo Margonoto, pemilik Grup Kapal Api, tertarik ‎membuatnya setelah ia melihat banyak kedai kopi di luar negeri. Memang, di sebagian negara maju, ‎minum kopi di coffee shop sudah menjadi bagian gaya hidup. Sehingga bisnis resto kafe menjamur. ‎

Di samping itu, dorongan membuat kedai kopi juga dipicu oleh kenyataan bahwa Grup Kapal Api ‎menguasai bahan mentah kopi. Dalam catatan AC Nielsen, Grup Kapal Api merupakan pemimpin pasar ‎kopi eceran. Kabarnya, pemilik Grup Kapal Api ini dikenal dekat dengan sejumlah pengusaha dan petani ‎kopi. ‎

Nampaknya peluang ini dimanfaatkan dengan sangat baik. Dalam kalkulasi otak manusia, nampaknya ‎sulit sekali untuk menyaingi pesaing-pesaing asing. Di samping 'jam terbang'nya yang sangat tinggi, ‎kedai kopi asing ini punya nyali kuat untuk merebut simpati publik yang western minded, utamanya di ‎kawasan perkotaan. Lagi-lagi, pada level tertentu, tidak ada salahnya seseorang untuk berspekulasi dan ‎merangkai harapan untuk meraih hal yang sama, atau lebih surprise. ‎

Pada awal berdirinya, 1991, banyak yang mengira bahwa Excelso merupakan kedai kopi asing. Citra ‎internasional sengaja dimunculkan dari kata Excelso yang terkesan kebarat-baratan. ‎

Kata Excelso diambil dari kata "so excellent" yang kemudian dibalik pengucapannya menjadi "excellent ‎so", dan disingkat Excelso.‎

Agar bisa menjaring lapisan yang lebih luas, PT Excelso Multi Rasa (EMR) membuat tiga jenis kedai kopi ‎Excelso dengan target pasar dan positioning yang berbeda. Pertama, Kafe Excelso. Ini jenis pertama ‎yang dikembangkan. Targetnya kalangan profesional, eksekutif, dan ekspatriat. Umumnya, Kafe Excelso ‎didesain dengan warna warm dan natural dengan menggunakan warna-warna hitam, marun dan cokelat. ‎Tidak hanya itu. Warna-warna dominan seperti hijau, kuning, biru dan orange, tetap dipakai agar kesan ‎fun sebagai kafe tetap terasa. ‎
Kedua, Excelso Express. Jenis ini dikembangkan dengan positioning sebagai take away coffee shop ‎yang mengedepankan kepraktisan. Kafe ini berbentuk counter atau cart. Menu makanan dan minuman ‎yang ditawarkan terbatas. Penyajiannya pun hanya menggunakan piring dan gelas plastik yang bisa ‎dibuang selepas dipakai. Jenis ini menjadi alternatif bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah. Harga ‎yang dipatok juga terjangkau oleh banyak kalangan. ‎

Ketiga, de' Excelso. Tipe kafe ini paling eksklusif dibanding yang lain. Konsepnya, perpaduan antara kafe ‎dan resto. Pilihan menunya lebih banyak dan berkualitas. Desainnya sangat artistik. Kalau di Kafe ‎Excelso kursinya hanya dari kayu tanpa sofa, di de' Excelso ini semua kursi berlapis sofa yang sangat ‎nyaman. Kesan elitis sangat terasa.‎

Inilah salah satu strategi yang diterapkan manajemen PT Excelso Multi Rasa. Klop sudah. Tentu saja ‎nama Excelso yang kebarat-baratan tidak bisa menjadi jaminan kalau tidak diimbangi dengan strategi ‎pasar yang tepat. ‎

Keberanian manajemen PT Excelso Multi Rasa untuk menghadapi pesaing-pesaing asing, nampaknya ‎tidak sia-sia. Keberanian dan optimisme yang dibarengi dengan strategi yang matang, akan mewujudkan ‎hal-hal yang kadang sulit menurut nalar. ‎

Saat ini, PT Excelso Multi Rasa cukup lega melihat kinerja kedai kopinya, meski pada tahun-tahun awal ‎sempat kesulitan mengedukasi pasar. Dari sisi brand image, merek Excelso cukup dikenal di beberapa ‎kawasan di Indonesia. Di Jakarta, Excelso telah mampu bersaing dengan sangat baik dengan para ‎pesaing asing. Omzetnya, menurut satu sumber, telah mencapai Rp. 50 miliar/tahun. ‎

Point plus dari kedai kopi ini, ia mempunyai keunggulan yang tidak dimiliki oleh kedai kopi asing, ‎yaitu kemampuan memahami selera konsumen yang mayoritas warga Indonesia. ‎

Anda bisa lihat. Optimisme ternyata menjadi energi besar yang mampu mewujudkan cita-cita. Tidak ada ‎hal yang mustahil. Dengan senantiasa berkeyakinan bahwa ketika Allah memberikan peluang kepada ‎kita, maka Allah akan memberikan jalan kepada kita untuk memanfaatkan peluang yang ada.
‎ ‎
‎-Disarikan dari buku Change-‎

Belajar dari Kegagalan

Menengok Profil Orang-orang Sukses [II]

Mungkin sebagian besar dari kita pernah mencicipi Pizza Hut. Meskipun oleh sebagian kalangan, menu ini dianggap sangat membosankan, namun tetap saja banyak yang menganggap Pizza Hut adalah menu yang sangat istimewa. Apapun alasannya, kita patut memberikan apresiasi kepada Dan Carney dan Frank Carney. Keduanya merupakan tokoh penting (founding father) berdirinya restoran fast food papan atas ini. Karena kegigihannya, dalam waktu sembilan belas tahun, mereka berhasil menjual 3100 outlet seharga USD. 300 juta. Luar biasa.

Muluskah Dan dan Frank mendirikan restoran ini?. Tentu saja tidak. Semua itu bisa tercapai karena ketelatenan dan kegigihan setelah mereka terpuruk .

Bagaimanakah kisah sukses perjalanan dua bersaudara ini melejitkan nama Pizza Hut dalam deretan restoran papan atas?.

Awalnya, Dan dan Frank menerima modal pinjaman dari sang ibu sebesar USD. 600. Kontan, mereka pun membeli beberapa alat seken yang diperlukan. Sisanya dipakai untuk menyewa gerai kecil guna menjajakan Pizza-nya. Hasilnya sungguh mengagumkan. Pada tanggal 15 Juni 1958, berdirilah restoran Pizza pertama di Wichita, Kansas.

Untuk menarik minat pembeli, mereka membagikan Pizza gratis pada malam perdana kepada sejumlah orang yang 'mampir'. Ratusan orang berjubel untuk mendapatkan gratisan. Apa yang terjadi?. Banyak dari mereka yang komplain dan merasa belum cocok dengan Pizza buatannya.

Dalam perkembangannya, hasil produksi mereka sempat merosot tajam. Seiring dengan berjalannya waktu, restoran ini tergilas oleh ketatnya persaingan. Pangsa pasar pun semakin melemah. Faktornya, di samping kualitas Pizza-nya sangat konvensional, lokasi dan dekorasi yang mereka setting, nampaknya membuat pelanggan tidak nyaman. Tidaklah mengherankan ketika mereka melakukan ekspansi ke Oklahoma dan New York, hasilnya nihil. Kerugian yang mereka tanggung luar biasa besar.

Apakah Dan dan Frank putus asa?. Ternyata tidak.

Keadaan ini justru membuat mereka terpacu untuk mempelajari kekurangan-kekurangan yang menyebabkan bisnisnya pailit. Mereka mulai memperkenalkan jenis Pizza yang lebih baik. Dalam waktu yang sangat singkat, Dan dan Frank memperkenalkan jenis Pizza yang lebih tebal dengan bagian luarnya agak keras. Dari sisi dekorasi, ruangan berukuran sempit yang hanya memuat 25 kursi ini, disulap menjadi restoran yang menjanjikan kenyamanan.

Mereka mulai menempelkan papan nama di sisi luar. Karena sempit, papan nama itu hanya bisa memuat 9 huruf. Anda mungkin bisa menebak; kata apa yang pertama mereka tempelkan?. Iya, Pizza adalah kata pertama yang tertempel pada papan nama itu. Masih ada space empat huruf di belakangnya. Mereka bingung untuk mencari kata yang tepat di belakang Pizza. Pada saat itulah, seorang anggota keluarganya datang dan mengusulkan kata Hut -yang berarti gubuk- diletakkan tepat di belakangnya. Mereka setuju.

Lengkap sudah nama restoran itu menjadi Pizza Hut.

Dari sinilah mereka mulai bangkit dengan semangat baru. Berkat kegigihannya setelah mengalami kegagalan, jumlah pelanggan meningkat drastis. Publik pun mengacungi jempol atas kesuksesannya bangkit dari keterpurukan. Seiring dengan meningkatnya kepercayaan publik, Pizza Hut terus melakukan upaya-upaya peningkatan pelayanan, diantaranya dengan menambah layanan Home Delivery. Dengan harapan, masyarakat tetap bisa menikmati Pizza Hut tanpa harus bersusah payah ke luar rumah.

Kini Pizza Hut menjadi salah satu restoran terbesar dan terkenal di dunia. Di AS sendiri Pizza Hut tersebar merata di 7.200 lebih unit. Dan di 90 negara ada sebanyak 12 ribu gerai Pizza Hut dengan jumlah karyawan sebanyak 300 ribu orang.

Dalam setahun ada sekitar 4,2 miliar pembelian pizza. Dalam hitungan minggu, ada sebanyak 11,5 juta pembelian pizza dengan puncak pembelian jatuh pada hari-hari Jumat dan Sabtu.

Anda tahu, apa pesan Frank Carney yang selalu disampaikan kepada staf-stafnya?. "Pizza Hut sukses karena kegagalan. Maka ketika kegagalan terjadi, mampukah kita menyulapnya menjadi energi yang kuat untuk mendorong kita mencapai kesuksesan. Untuk meraih kemenangan, kita harus belajar kalah".

Anda boleh tidak percaya dengan pesan itu. Tapi anda harus tahu bahwa yang mengucapkan pesan itu adalah orang yang pernah mengalami kegagalan dan akhirnya berhasil meraup keuntungan sebesar USD. 300 juta. Sungguh fantastis.

-Disarikan dari berbagai sumber-