"Tak peduli berapa jauh jalan salah yang anda jalani. Putar arah sekarang juga"
Dua kalimat tersebut ditulis oleh Rhenald Kasali, Ketua Program Magister Manajemen (MM) Universitas Indonesia sekaligus pakar komunikasi, pada cover bukunya, "Change; Manajemen Perubahan dan Harapan", yang diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama. Luar biasa!!!. Kalimat ini simpel namun mampu membangkitkan emosi dan menstimulasi setiap orang yang mendengarkannya untuk selalu melakukan perubahan. Lagi-lagi, beliau ingin menegaskan bahwa perubahan adalah kunci kesuksesan. Hal ini senada dengan apa yang pernah difirmankan Allah Swt: "Sesungguhnya Allah Swt tidak akan merubah nasib hamba-Nya, kecuali hamba itu mempunyai orientasi pada tindakan untuk merubah nasibnya sendiri". (QS. Arra'd: 11).
Menurut Rhenald, untuk menciptakan perubahan, pertama-tama harus ada yang bisa mengajak semua pihak 'melihat'. Itu saja tidak cukup. Mereka yang 'melihat', belum tentu 'bergerak'. Dan yang 'bergerak', belum tentu bisa 'menyelesaikannya' dengan baik.
Perubahan adalah pertanda kehidupan. Saya dibesarkan di lingkungan perkampungan. Setiap hari, saya selalu mencermati aktifitas yang sangat dinamis dan variatif. Pagi hari, Kakak selalu membantu ibu menyiapkan masakan buat 'ganjal perut' sebelum kami ke sekolah dan saya mendapat tugas rutin menyapu halaman yang selalu kotor oleh daun-daun kering yang jatuh dari tangkainya. Adik-adik cukup membereskan tempat tidurnya sembari menyiapkan perlengkapan sekolah. Di jalan-jalan, saya lihat para tetangga hiruk-pikuk menuju tempat kerjanya demi sesuap nasi. Mulai dari PNS, bisnisman, sampai dengan penjual krupuk dan 'bakul' getuk.
Dari sampel ini, saya berkesimpulan bahwa aktifitas-aktifitas tersebut menunjukkan adanya kehidupan dan kehidupan ini selalu menuntut adanya perubahan. Anda punya kesimpulan lain?. Silahkan!.
Saya berani mengatakan bahwa perubahan adalah sebuah tuntutan. Ketika kita hidup, tentu saja kita mengidamkan kelayakan, kenikmatan, kenyamanan dan sebagainya. Hanya saja, semua itu bisa didapat dengan perubahan. Karena perubahan akan selalu memberikan harapan; harapan baru untuk mewujudkan impian.
Namun, yang harus kita sadari adalah bahwa harapan itu didapat ketika kita mampu mengadaptasikan diri pada fase perpindahan dari zona kenyamanan (comfort zone) menuju zona ketidaknyamanan (discomfort zone) dan kembali kepada kenyamanan yang lebih surprise. Ini sebuah keniscayaan. Pada fase inilah nasib kita ditentukan. Ketika anda mampu menjalani fase tersebut dengan baik, anda patut untuk mendapatkan medali emas. Sebaliknya, ketika anda tidak mampu menjalani fase demi fase, maka yang terjadi kemudian adalah anda terjebak pada dilema. Mungkin anda terjebak pada kenyamanan yang tidak dinamis dan berakibat sangat menjenuhkan. Mungkin juga, anda terjebak pada fase discomfort zone yang tentu saja bisa dibayangkan betapa menderitanya anda. Karenanya, kita harus bersikap adaptif (selalu bisa menyesuaikan diri) dalam keadaan apapun.
Dinamika manusia bisa digambarkan dengan "Kurva S". Setiap dari kita mempunyai peluang yang sama untuk meraih kesuksesan. Hal itu tergantung kepada usaha yang kita lakukan. Semakin besar 'fee' yang kita keluarkan, semakin besar pula kita meraih hasil. Dan begitu sebaliknya.
Kesuksesan tidak bertahan selamanya. Tanpa kita sadari, kehidupan kita selalu dirongrong oleh 'rival-rival' kecil yang sewaktu-waktu siap menggantikan posisi kita. Mungkin anda ingat dengan apa yang dilakukan Intel. Pada produk pertamanya, ia meluncurkan Static Random Access Memory (SRAM) 3101 (64 Bit) dan 1101 (1 kilobit) dan seterusnya. Saat itu, tidak ada satu pun pemain lain yang mampu menghalau lajunya. Masalah baru kemudian muncul. Di saat ia meluncurkan DRAM 16 KB, pada waktu yang bersamaan, pemain Jepang, Fujitsu, menerbitkan DRAM 64 KB. Dan ini terjadi berulang-ulang. Dalam waktu sekejap, Intel meredup lantaran kehadiran pesaing berat dari Jepang tersebut. Perlahan-lahan, Intel mulai memperbaiki produksi dan memperkuat infrastruktur. Pada akhirnya, ia mampu meraih kembali masa-masa kejayaan yang pernah dicapai. Lagi-lagi, hanya mereka yang adaptif yang mampu mempertahankan kesuksesan yang telah diraihnya. Menurut Peter Drucker, bahaya terbesar yang mengancam manusia adalah cara berpikir 'kemarin' yang dipakai untuk menyelesaikan masalah 'sekarang'.
Kita bisa menilik kisah orang-orang sukses yang patut diteladani. Berkat perubahan, kita mengenal Nabi Muhammad Saw sang Pelopor Kemajuan, Lee Lacocca yang ditendang begitu saja oleh Henry Ford dan menjadi pembaharu di Chrysler yang saat itu nyaris bangkrut serta Harland Sanders sang pendiri Kentucky Fried Chicken (KFC). Juga, John Cadbury dengan produksi cokelatnya yang bertaraf internasional dan Suryo Winowidjojo dengan Gudang Garam-nya. Singapura yang berhasil disulap menjadi Negara Metropolis, merupakan 'sentuhan romantis' Lee Kuan Yew. Selain nama-nama di atas, masih ada sederetan profil yang sukses karena perubahan, misalnya Kenneth Wood dengan Kenwood-nya, Swarovsky yang mampu mencetak kristal dengan kualitas tinggi dan Hard Rock Kafe sebagai hasil kerjasama antara Isacc Tigrett-Peter Morton serta Pizza Hut yang lahir dari impian Dank Carney dan Frank Carney.
Anda ragu untuk berubah?. Mulai sekarang, yakinkan diri untuk memiliki obsesi tinggi menjadi bagian dari barisan orang-orang sukses. Mulailah perubahan itu dengan mimpi-mimpi besar. Selamat bermimpi.
0 comments:
Post a Comment