Reunian di Kantor Polisi

Untuk kesekian kalinya, saya harus berurusan dengan polisi. Kali ini bukan sebagai tersangka sebagaimana 6 tahun yang lalu dalam peristiwa Terasigate, tapi sebagai saksi kunci atas ulah anak pemilik flat yang pernah saya sewa. Meskipun sudah tidak menempati flat itu, namun saya masih punya tanggung jawab atas urusan-urusan yang berkaitan dengan Tuan Rumah. Dia ditangkap oleh State Security (28/12), pukul 23.30 Waktu Kairo karena kedapatan membawa pisau.

Sebut saja namanya Syarif. Dia memang mempunyai perangai yang kurang bersahabat. Perilakunya cukup meresahkan kami. Banyak ulah yang sudah dibuat; mulai dari menjual perabot-perabot rumah, mencuri HP dan Walkman, minta duit sampai nyelonong masuk rumah dalam keadaan mabuk. Intinya, dia suka bikin gara-gara. Puncaknya, ketika kita hendak pindahan, dia datang dalam keadaan mabuk dan mengkalkulasi kerusakan barangnya selama kita tinggal di situ. Gila !!!. Mark up dana yang dia buat, sungguh tidak masuk akal. Masak kran rusak, dia hargai Le. 350. Padahal, dengan uang Le. 5, kita sudah bisa beli baru.

Yach…urusan dengan orang mabuk sama saja urusan dengan orang gila. Parahnya, malam itu dia membawa pisau yang diambil dari dapur kami dan disimpan di saku belakang. Saat itu, ada 5 orang di dalam rumah. Mereka terkurung di dalam karena kunci pintu dipegang dia. *Suasananya persis drama penyanderaan di Iraq* hehehe

Kawan-kawan yang berada di dalam sangat kalut. Saya yang tinggal bersebelahan dengan TKP, ditelpon oleh seorang kawan yang ikut terkurung. Saya diminta datang karena Syarif minta ini dan itu. Pikir saya, kalau datang, sama saja mencari mati. Entah ada angin apa, yang jelas, begitu mendengar ceritanya, saya langsung menelpon Kedutaan, minta tolong supaya mendatangkan State Security.

Saya pun menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP). Karena alasan keamanan, saya tidak masuk ke dalam. Maklum. Kita udah saling kenal sejak 5 tahun yang lalu. Jadi kalau ada apa-apa, saya bisa jadi bahan pelampiasan.

Sambil menunggu kedatangan State Security, saya keliling-keliling sekitar TKP. Duh…badan kaku kedinginan karena lupa ngga bawa sarung tangan, perut lapar, pikiran kalut, lupa bawa rokok dll. Pokoknya campur-campur dech ngga karuan.

Tidak lama kemudian, sebuah mobil Carry berhenti di samping TKP. Dari dalam mobil, keluar seorang pemuda tampan dan tegap dengan pakaian preman. Setelah bincang-bincang, kami baru tahu ternyata itu Intelijen. Setelah dialog sebentar, kami langsung menuju TKP.

Saat itu Syarif pulang ke rumahnya -yang terletak bersebelahan dengan TKP- untuk suatu keperluan. Meski ada kerumunan massa sekitar 10 orang di TKP, namun suasana cukup hening. Tegang. 5 menit kemudian Syarif kembali ke TKP. Nampaknya dia tidak paham kalau ada Intel datang.

Intel mulai beraksi.

Setelah ditanya ini dan itu, termasuk identitas, Syarif melawan. Baru setelah yakin kalau itu intel, dia melunak meskipun sempat berang.

Akhirnya, Syarif dibawa paksa dan dimasukkan ke dalam mobil untuk diproses di Kantor Polisi. Sebagai saksi kunci, saya bersama seorang kawan ikut serta masuk ke mobil. Ada juga petugas Konsuler dari kedutaan yang menemani kami.

Dalam perjalanan, saya sempat bersitegang dengan Syarif. Pasalnya dia menuduh saya dalang di balik semua ini. Kesempatan inilah yang saya manfaatkan untuk 'fight' dengan dia. Maklum dari kemarin saya agak 'chicken' karena takut dia berbuat anarkhis. *Hahahha… beraninya kalau ada dekengan*. Gak apa-apa lah untuk kali ini. Maklum dong, postur saya cukup langsing dan ideal dibanding dia yang sizenya segedhe pemain Smackdown.

Sesampainya di Kantor Polisi, kami mengisi Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Saya sampaikan semua fakta yang ada. Intinya fakta tersebut cukup memberatkan Syarif. Syarif yang berada sekitar 1 Meter dari tempat saya duduk, cukup tegang dan berkali-kali minta maaf. Sesekali, dia mendapat tamparan petugas.

Akhirnya keputusan soal penahanan dan pembebasannya berpulang kepada kami selaku korban. Karena dari tadi bawel, untuk kesekian dia dihadiahi bogem mentah dan dimasukin ke dalam sel. Dalam sel, dia teriak-teriak mengeluh kepalanya pusing. Berkali-kali manggil saya dan berjanji tidak akan berbuat macam-macam lagi. *Dasar ini orang. Kalau ada maunya aja kayak gini*.

Dilema sekali memang. Pikiranku bergejolak antara menahan dan membebaskannya. Kalau dibebaskan, saya takut dia akan berbuat anarkhis. Di sisi yang lain, kalau dia ditahan, 2 hari lagi lebaran. Pastinya dia tidak akan bisa berlebaran. Di samping itu, saya iba setelah melihat kondisi selnya. Sel berukuran 2 x 2 meter tanpa alas lantai dan penerangan itu, cukup menjadi pertimbangan kami. Berkali-kali dia menatap saya dengan iba, merangkul sambil menangis sesenggukan meminta supaya dia dibebaskan. Ini cukup membuat hati saya terketuk.

Setelah minta pertimbangan dari sesepuh yang saat itu menemani kami, juga pertimbangan kemanusiaan, saya pun minta kepada State Security untuk membebaskannya dengan syarat, antara lain jaminan keamanan dan penyelesaian akad rumah.

Setelah menandatangani appointment, proses dilimpahkan ke Polsek guna pendalaman kasus. Syarif pun diborgol.

Saat itu, saya sempat tawarkan uang taksi petugas polisi yang mengantar Syarif. Tapi Syarif menolak. Dia bilang akan bayarin ongkos taksi. "Cari perhatian nich ceritanya".

Ketika taksi berhenti, dia memohon saya untuk ikut serta. Saya menolak karena saya ikut rombongan dari pegawai kedutaan. Lumayan bisa diskusi kecil di mobil. Saya hanya meyakinkannya kalau kami akan menyusulnya.

Setengah jam kemudian, kami sampai di Polsek. Kami sudah mendapati Syarif duduk termangu menunggu kami. Begitu kami datang, kasus ini langsung diproses.

Sambil menunggu salinan berkas, saya jalan-jalan sekitar ruangan. Tiba-tiba mata saya tertuju pada sel di salah satu sudut ruangan. Anda tahu kenapa?. 6 tahun yang lalu, saya pernah menjadi penghuni di situ selama lebih kurang 10 jam gara-gara sambal terasi. Dasar orang Mesir. Masak terasi dibilang ganja. Jangan-jangan ganja khas Mesir baunya kayak terasi hahahhaha.

Ketika saya sampaikan hal itu, polisi yang bertugas di situ keheranan. Dia pun menerawang ke atas dan menebak, "Kejadiannya sekitar tahun 2000 khan?", tanyanya. "Iya", jawabku sambil mengangguk.

Usut punya usut, ternyata polisi itu yang dulu menyidik saya ketika kasus bakaran terasi. Yach, nganter si Syarif jadinya malah reunian. "Kalau kangen, kamu boleh nginep semalaman dech", candanya sambil menunjuk sel yang sudah berpenghuni. "Syukran", jawabku sambil ketawa

Setelah salinan berkas selesai, saya dan Syarif membubuhkan tanda tangan. Persoalan selesai. Intinya, kami memaafkan dia dan minta kepada pihak yang berwenang untuk membebaskannya.

Begitu mendengar bebas, dia langsung merangkul dan tidak henti-hentinya menciumi saya. Hahahhaha ngeri juga dicium sesama jenis. "Terima kasih Aziz", ucapnya sambil menepuk-nepuk pipi saya. Matanya berlinang.

Setelah itu kami meninggalkan Polsek pada pukul 02.00 dinihari.

14 comments:

Anonymous said...

wach..akhirnya baca juga ceritanya.
besok apa lagi ya?



4484950

Agus Hidayatulloh said...

hehehe.... bbrp data kok beda nih? perasaan udah saya check ke bbrp orang, jd kyknya punyaku lbh tepat deh ;-)

Unknown said...

aduh , mas gak kenapa - napa kan...??? syukur deh, alhamdulilah, met idul adha ya...

Unknown said...

aduh , mas gak kenapa - napa kan...??? syukur deh, alhamdulilah, met idul adha ya...

fuddyduddy said...

aku bangga masuk dalam tragedi tersebut. entar bisa tak ceritain ke istri dan anak cucuku, hehehehehe...
mas, waktu kalian ke kantor polisi, saya bersama kawan2 tetep stand di lokasi kejadian. dan ketika perut kawan2 berontak kelaparan, aku yang menjadi pahlawan dapurnya, hehehehehe

Anonymous said...

Landy....saya masih utuh kok alias ngga sampai dibuat 'korban' di kantor polisi. Met Idul Adha juga ya

Anonymous said...

Iya Zin....ini cerita menarik buat istri dan anak cucu kita..Anyway saat2 menegangkan itu akhirnya bisa terlewati dengan Happy Ending

Anonymous said...

bsa buat pengalaman sblm jadi intel

putri said...

Gak dendam ya si Syarifnya?

Fakhrudin Aziz Sholichin said...

Semoga aja sich ngga mbak. Soalnya dia udah menandatangani kesepakatan untuk tidak membuat onar lagi. Kalau macem2 laghi ya tinggal telpon polisi aja hehhe

Han said...

hemh, menarik truestory-nya. oiya om, nohp inteljen yg bertampang tampan n preman kawasan nasr city brp yak :p (jaga²kl ada apa² heheue)

Fakhrudin Aziz Sholichin said...

Wah...saya lupa Mas Han..Soale kmrn cepet2an ditulis di kertas bekas getu..Coba dech ntar dicari laghi ok

Anonymous said...

boleh dah kl da apa2 telp mas azis :D

Pipi said...

gimana tawaran untuk menginap semalemnya hehehe .. kesempatan yang sangat langka tuh Mas heheh.. piss ah ..