Akhirnya Harus Berpisah

Apakah anda sudah pernah menonton kisah percintaan Jun Xiang (Bae Yong Joon) dengan U Jin (Choi Ji Woo) dalam serial Winter Sonata?. Bagi yang sudah menonton, anda bisa menyimpulkan sendiri kisah itu. Tapi bagi yang belum, semoga anda berkesempatan untuk menontonnya. Bagi saya, serial ini memberikan makna penting dalam hidup. Makanya, tidak bijak rasanya kalau dikatakan bahwa cinta membuat orang buta akan segala sesuatu.

Justru, seringkali karena cinta, saya merasa kepekaan dan empati seseorang, bisa melewati titik-titik terpenting dalam perjalanan hidup. Kalau ingat akan kisah; bagaimana Jun Xiang meninggalkan U Jin yang sedang tidur terlelap, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan.

Jun Xiang dan U Jin saling jatuh cinta. Begitu singkat prosesnya. Namun, begitu singkat pula kebersamaan yang mereka jalani. Di saat mereka sedang asyik bermimpi, tiba-tiba terbangun. Kenyataan dalam 'mimpi' itu begitu menyakitkan. Iya. Meskipun tidak diinginkan, perpisahan harus terjadi.

Malam terakhir...
Ketika U Jin tidur lelap, Jun Xiang bangun dan keluar ke tepi pantai. Ia bangun karena gelisah harus meninggalkan U Jin. Termenung lama. Akhirnya, semua barang pemberian U Jin, termasuk jam tangan, dibuang jauh-jauh ke laut. Ia tidak ingin menderita dengan mengenangnya. Tentu saja bukan karena Jun Xiang tidak cinta. Ia melakukan itu semua karena ketulusan cinta. Ia ingin U Jin mendapatkan kepastian akan masa depannya.

Terakhir, Ia menghampiri U Jin -yang sedang terlelap dengan mimpi indahnya bersama Jun Xiang- dan mencium keningnya. "U Jin, aku cinta kamu. Maafkan aku karena harus meninggalkanmu", bisiknya. Setelah itu, Jun Xiang meninggalkan U Jin sendiri di sebuah bilik rumah sederhana yang mereka sewa.

Jun Xiang nampaknya belum siap untuk berpisah, begitu juga U Jin. Ia tidak ingin melihat air mata menjadi pamungkas kisah mereka. Bahkan, ia ingin U Jin membencinya agar perpisahan bisa diterima secara ikhlas. Berbagai cara dilakukan. Suatu hari, Jun Xiang bilang bahwa U Jin adalah saudaranya. Jadi hubungan ini tidak bisa diteruskan. Maka, lebih baik Jun Xiang pergi ke Amerika Serikat untuk meneruskan kuliahnya. Nampaknya U Jin cukup shock dengan kabar itu.

Kepergiannya ke Amerika Serikat, menjadi teka-teki bagi U Jin. Tapi dengan sangat bijak, Jun Xiang menenangkan dan mengatakan bahwa ia hanya meneruskan studi. Vonis dokter yang menyatakan bahwa kerusakan saraf mata akibat kecelakaan itu bisa mengakibatkan buta, cukup membuat Jun Xiang stress. Bahkan, kematian bisa ditebak dengan hitungan medis. Oleh karenanya, dokter merekomendasikan Jun Xiang untuk melakukan operasi di AS. Paling tidak, itu sebagai alternatif lain dari kematian.

Walhasil, setelah beberapa tahun, mereka dipertemukan di sebuah bangunan mewah nan elegan.

Bangunan itu adalah wujud dari replika yang pernah dibuat Jun Xiang beberapa tahun yang lalu. Sebelumnya, U Jin pernah melihat replika itu di kantornya. Salah satu temannya menginformasikan bahwa wujud replika itu telah dibangun di suatu tempat. U Jin pun tertarik untuk berkunjung.

Suatu hari, Jun Xiang mengunjungi tempat itu, di saat U Jin telah berada di sana. Di suatu ruangan, mereka dipertemukan dengan sangat dramatis. U Jin yang sedang asyik menikmati pemandangan di salah satu balkon, tanpa sengaja, menyenggol barang. Kontan, Jun Xiang yang saat itu berada di belakangnya, kaget dan bertanya; "Siapa itu?". U Jin terpaku dan tanpa terasa air mata telah membasahi pipinya karena mendapati Jun Xiang buta dan memegang tongkat. Jun Xiang curiga; "Apakah kamu U Jin", tanyanya. Untuk kesekian kalinya, U Jin tidak menjawab. Akhirnya Jun Xiang yakin bahwa yang ada di depannya adalah U Jin. Air mata pun tak terbendung.

Begitulah kisah pertemuan kembali cinta sejati yang sekian lama terpisah. Keputusan untuk berpisah sangatlah menyakitkan. Tapi, sesuatu yang menyakitkan itu, bisa jadi akan membuat ia mendapatkan kebahagiaan yang hakiki meskipun dimulai dengan belajar membenci.

7 comments:

Diyan said...

wah.. suka nonton winter sonata tooo? :P

Maeasti said...

Huhuuuuuuu sedih banged yahh critanya, mogha itu hanya fiktiff sajahh :((

Fakhrudin Aziz Sholichin said...

Bagus sich emang. Ada yang masih punya CD-nya ngga ya :((

noorlara said...

Apapun kalau namanya cinta sudah tentu menuntut pengorbanan yang bukan sedikit. Cinta memberi semangat dan kekuatan yang luarbiasa. Cumanya kita jarang sekali mendapat kekuatan dan semangat luar biasa itu dalam mencintaiNYA

Fakhrudin Aziz Sholichin said...

Iya Noor...Malah, seringkali kita membuang sendiri kekuatan cinta itu dari orang yang sebenarnya mencintai kita..So how?

Noushy Syah said...

Things hppn for some reasons..Allah maha Mengetahui yg terbaik buat insannya...yang pasti kena terima akan sesuatu kejadian dengan tabah kerana Allah telah rancangkan sebenarnya untuk setiap insan itu dalam destinasi hidupnya...

Fakhrudin Aziz Sholichin said...

Doain aja ya Noush. Semoga kita kena tunjuk dari Tuhan dengan destinasi yang lebih rancak