4 Kali Salah Suntik (Habis)

Ini hari pertama di Rumah Sakit Ta'min Sihy. Ta'min Sihy bisa dibilang rumah sakit khusus buat warga yang memegang Kartu Askes. Namanya aja Ta'min Sihy (Asuransi Kesehatan). Tentu saja, apa yang barusan 'menimpa' diri saya, bukan kesalahan pihak rumah sakit. Status mahasiswa di Mesir aja masih calon. Udah untung dikasih infus ama suster.

Di sini, saya sempat menginap sehari semalam. Perawatan a la kadarnya pun cukup membantu saya berjuang menahan luka-luka ringan di kepala, lengan dan bagian dalam dada. Cairan infus yang masuk ke dalam tubuh melalui selang, membuat kondisi semakin membaik.

Siang harinya, seorang suster datang dengan membawa perlengkapan suntik. Alamak. Saya paling takut ama yang namanya suntik. Seumur hidup, saya hanya disuntik 2 kali; pas disunat dan sakit gigi.

Sempat saya tanya ke suster; "Apakah saya mau disuntik". "Aiwah (iya)", jawabnya sambil menganggukkan kepala. Duh gimana ya. Ya udah dech tawakkal aja. Katanya sich untuk keperluan laborat.

Ketika suster mengusap tangan dengan kapas basah, tanganku menegang. Mungkin saking takutnya melihat jarum itu.

"Jangan tegang dong", tegur sang suter. Gimana ngga tegang. Udah takut suntik, susternya agak senewen, tampilannya pun apa adanya hahaha.

Saya mencoba untuk tenang.

Jarum suntik itu pun masuk. Cussssss. "Duh kok sakit gini", kataku. Ketika sang Suster mencabut jarumnya, saya terheran, kok ngga ada darah sedikitpun yang diambil. Ketika saya tanyakan soal itu, dengan enteng dia bilang, "Sorry ya, tadi salah tusuk. Makanya darah ngga keluar". Naifnya, kesalahan itu terulang 4 kali. Baru pada tusukan kelima darah bisa diambil.

"Piye tho sus. Emangnya kelinci percobaan apa", gumamku. Terus terang itu membuat saya semakin trauma dengan barang yang bernama Jarum Suntik.

Pada Senin malamnya (11/10), sekitar pukul 23.00 Waktu Kairo, saya dibangunkan oleh seorang suster. Semua selang infus yang masih menempel di tangan dilepas. Saya tanya, "kenapa kok dicabutin semua". "Kamu mau dipindahin ke rumah sakit al-Faruq di kawasan Maadi", jawabnya sambil melempar senyum manisnya. "Kamu baik-baik ya biar cepet sembuh", pesennya sambil ngledek.

Sebelum keluar, saya sempat mendapatkan satu suntikan lagi. Katanya untuk penetral suhu tubuh. Maklum angin di luar sangat kenceng dan dingin.

Tepat pukul 23.45 Waktu Kairo, dengan tetap terbaring di atas tandu, saya dimasukkan ke dalam ambulance dan dibawa ke rumah sakit al-Faruq. Sepanjang perjalanan, saya ditemani oleh pegawai rumah sakit Ta'min Sihy. Kita ngobrol ringan tapi akrab. Nampaknya, sejak awal, dia menaruh kasihan melihat kondisi saya yang terbaring lemas.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1,5 jam, kita sampai di rumah sakit al-Faruq.

Kaget. Itulah kesan pertama saya. Rumah sakitnya megah dan dokter-dokternya kelihatan sangat profesional. Paling tidak terlihat dari bangunan dan rungan-ruangannya. Dokter dan suster-nya kelihatan sangat profesional.

Sebelum menghuni, saya dirontgen total untuk mendeteksi apakah ada kerusakan bagian dalam. Kurang lebih 1/4 jam saya terbaring di bawah sinar rontgen. Hasilnya, tulang dada sedikit bengkak karena terbentur benda keras ketika kecelakaan. Alhamdulillah.

Setelah semua urusan selesai, saya di bawa ke kamar. Asri, bersih, dan wangi. Itulah gambaran 'kamar baruku'. Minimal, tidak sulit bagi saya untuk membedakan antara Ta'min Sihy dan al-Faruq. Maklum, Ta'min Sihy diperuntukkan buat kalangan ekonomi menengah ke bawah. Sedangkan al-Faruq, relatif untuk menengah ke atas.

Ini bukan berarti saya banyak duit. Saat itu, ada seorang dermawan (yang tidak mau disebut namanya), membantu perawatan saya mulai awal sampai akhir. Juga kawan saya yang harus menjalani operasi rahang. Semua biaya ditanggung oleh beliau. Bisa dibayangkan, seandainya kita bayar sendiri, berapa ribu pound uang yang harus kita siapkan. Belakangan saya baru tahu bahwa beliau termasuk 'pentolan' di rumah sakit itu.

Terima kasih Tuhan

Di sini, setiap 3 jam kesehatan kita dicheck. Sangat profesional memang. Gaya komunikasi para dokter dan susternya, pun menjadi terapi tersendiri. Suasananya begitu familiar. Maklum, di saat jauh dari keluarga, ssya selalu merasa hari-hari begitu hampa. Kehadiran dokter, suster juga sahabat-sahabat saya, bisa mengobati kehampaan itu.

Kawan-kawan yang menemani, selalu menghiburku untuk segera keluar dari rumah sakit. Katanya, kawan-kawan (yang seperjuangan dalam tragedi itu), sudah pada main bola. Alangkah bahagianya ketika mendengar berita itu. Itulah yang memberi semangat untuk sembuh.

Setelah 2 hari 2 malam menginap, saya diperbolehkan pulang. Kondisi saya memang relatif stabil meskipun untuk jalan dan bicara, dada masih terasa sakit.

Ketika check out dari rumah sakit, oleh seorang kawan yang menemani, saya dibawa ke rumahnya yang terletak di Darmalak (kawasan Kairo lama). Saya sudah mulai curiga ketika hari ke-8, permintaan saya untuk menemui kawan-kawan tidak dikabulkan. Alasannya banyak dech. Kesehatan lah, orangnya lagi ngga di rumah dan seterusnya.

Hari ke-10, seorang senior datang ke kamar menghampiri saya dengan sorot mata yang agak lain. Sabil menata posisi duduknya, ia memijit saya yang saat itu masih terbaring di kasur.

Hampir 10 menit ia memijit sambil canda-canda.

"Ziz, saya ingin menyampaikan sesuatu. Saya hanya minta kamu tabah dan sabar menghadapinya", begitulah kira-kira redaksinya. Saya mulai bisa menduga apa yang akan ia sampaikan. Mata saya sudah berkaca-kaca membayangkan seandainya dugaan itu benar.

"Si A dan SI B sudah mendahului kita", katanya pelan. Banyak hal yang ia sampaikan saat itu untuk menghibur saya. Tapi tidak saya hiraukan. Saya hanya sibuk menyeka air mata yang terus mengalir.

Begitulah kisah yang saya alami 3 bulan pertama di Kairo. Kisah ini mengawali perjuangan saya di Mesir. Dari kejadian ini, banyak hikmah yang saya ambil. Suka dan suka datang silih berganti menemani perjalanan hidup. Anyway, saya mencoba untuk selalu bisa tersenyum di saat duka menyapa.

Tuhan...terima kasih atas apa-apa yang telah Engkau berikan.

6 comments:

Maeasti said...

Humm dasar udah gedhe, ehhh tua ding....masi ajha takut disuntik, hehehehe.

Hamdulilah yahh dikasih selamat sama Tuhan, kalo engga khan ga bakal ketemu sama diriku ini xixixi :P

Er Maya said...

deuh 4 kali disuntik?..sakit apa ziz?

get well soon yah. semoga bisa ikut merayakan lebaran ceria di kairo

mohon maaf lahir bathin juga yah ziz :)

Fakhrudin Aziz Sholichin said...

Alhamdulillah sekarang sich sehat2 aja Mbak. Semoga aja lebaran kali ini bisa dinikmati dengan baik.

Suntiknya -saat itu- khan bukan karena sakit, tapi buat ngambil darah untuk keperluan laborat (flash back 7 tahun yang lalu).

Sama2 dech ya. Mohon maaf lahir bathin

putri said...

Bisa dijadikan pelajaran hidup ya.. :)

Selamat Idul Fitri.. Maaf Lahir Batin ya.. kali ada salah2 kata.

Fakhrudin Aziz Sholichin said...

Iya Mbak Putri. Terima kasih. Makanya tidak berlebihan kalau kejadian ini saya jadikan sebagai awal dari semua kisah selama di Kairo.

Happy Ied. Taqabbalallahu minna waminkum. Mohon maaf lahir bathin

Diyan said...

sedih banget sih bacanya... hikz..
Alhamdullilah yah allah masih melindungi. Makanya, laen kali ati2 :P

Maaf lahir batin ya.. :)