Jurus Menghadapi Orang Iseng

(Pengalaman singkat jadi Freelancer-nya RCTI)

Ceritanya begini. Beberapa hari sebelum kru RCTI datang ke Kairo, untuk mengikuti "Cairo Film Market" yang barengan dengan "30th Cairo International Film Festival" di Opera House, Tahreer, Kairo, saya sempat ditelpon oleh salah seorang pegawai Kedutaan. Beliau nawarin saya untuk ikut menjaga stand RCTI yang akan berpartisipasi pada festival tersebut. Tanpa pikir panjang, saya mengiyakan. Lumayan kan buat pengalaman sebelum jadi artis Hollywood atau Bollywood hehehe.

Setelah saya oke, ada pertanyaan menggelitik; "Ziz, kamu bisa Bahasa Inggris ngga?. Saya tersenyum simpul dan geli. "Lumayan sich Pak. Dulu PR English saya dapat angka 9 ", candaku. Beliau pun tertawa. "Ya udah, kalau gitu, lusa saya telpon lagi", kata Bapak itu sambil mengakhiri pembicaraannya.

Anyway, Sabtu malam saya ditelpon lagi tentang kepastian kalau besok saya kebagian jaga. Beneran ternyata. Syukur dech.

Hari Ahad, hari pertama saya jaga stand. Rutenya lumayan gampang. Soalnya Opera House, termasuk halte yang dilintasi Metro Anfaq (KRL). So, kalau ke sana ngga akan terjebak macet.

Sesampainya di lokasi, saya sempat bingung. Maklum, tempatnya gede banget. Sampai di stand, saya sempat kaget, "Wah krunya Chinese semua". Maklum saja kru RCTI yang datang kebetulan semuanya bermata sipit. Makanya wajar saja setiap ada yang datang, dikiranya ini stand film Hongkong. Ada-ada aja.


Pertama masuk lumayan canggung. Maklum dong. Biasanya pegang diktat-diktat kuliah yang hurufnya bengkok-bengkok (Arab), sekarang berhadapan dengan katalog program TV dan CD-CD sampel film. Bismillah........

Pengalaman ini begitu menarik. Paling tidak, saya menjadi kenal dengan suasana transaksi jual-beli Hak Siar. Dalam posisi ini, saya tertuntut untuk bisa menjelaskan produk-produk film dan program lain sambil menerangkan kelebihan dan nilai jual yang bisa ditawarkan.

Di even ini, beragam orang menyambangi stand kita. Mulai dari Chief Manager,
Produser, Sutradara, Artis dan Kritikus Film, sampai dengan orang-orang iseng yang hanya nyanggong di depan TV Plasma yang tersedia sambil minta gratisan CD dan katalog. Awalnya sich kita permisif getu. Kalau mau, ambil sono. Kita punya banyak stok kok. Tapi lama-lama sebel juga kalau kebanyakan yang iseng. Orang datang minta gratisan. Udah getu rombongan lagi. Bahkan ada yang bawa tas plastik khusus untuk koleksi 'barang gratisan'.

Ya udah. Akhirnya saya harus menyiapkan jurus kuda-kuda untuk menghadapi yang
begituan. Korban pertama, orang Mesir yang berpakaian ala kadar sambil bawa bungkus plastik warna terang. Saya bisa melihat dengan jelas apa yang ada dalam plastik itu. Majalah-majalah dan poster. Ahaaaaa, sudah bisa ditebak.

Ketika dia sibuk milih-milih sampel katalog dan CD yang kami taruh di
atas meja, saya samperin itu orang, "Kalian tahu, ini film tidak ada terjemahan Arabnya. Udah getu nyetelnya harus pake DVD. Kalau kamu ngga punya DVD dan CD keburu masuk, itu mesin bisa rusak". Ya udah pasang sok mantap aja.

Yang namanya orang ngga ngerti, ya percaya aja. Tanpa basi-basi mereka ngeloyor pergi.

Bukannya pelit sich. Soalnya persediaan yang ada dikhususkan buat keperluan deal dengan beberapa Stasiun Televisi.

Tapi banyak juga yang mampir dengan maksud yang jelas. Kalau wartawan, biasanya mereka
mewawancarai kita untuk bahan reportase; kalau kritikus film, biasanya mereka ngasih comment sebagai pendahuluan sebelum minta kenang-kenangan CD film yang udah diterjemah; untuk Chief Manager dan anak buahnya, tentunya mereka melakukan deal tentang penjualan license dari produk yang ada, dan lain-lain. Kalau yang model beginian sich langsung kita kasih gratis bil balasy alias gratis.

Ada seorang pengunjung berkebangsaan Yaman, mampir dan memberikan
kesan bahwa Indonesia lebih care dengan film-film religius daripada negara Arab. Saya tanya; "Kenapa bisa berkesimpulan seperti itu?". "Tuch kamu liat artis yang berjilbab itu", jawabnya sambil menunjuk poster Film "Taqwa" yang dibintangi Nabila Syakieb. Bener ngga sich?. Terserah anda menilai.

Meskipun beberapa hari, banyak pengalaman yang saya dapatkan. Pak Apni and Mas Hendi, terima kasih atas kepercayaan dan bimbingannya. Kita tunggu lagi kedatangannya. Kalaupun ngga untuk pameran, itung-itung reuni dong ama Celopatra dan Sungai Nil.

6 comments:

Maeasti said...

Congrats yahhh.......sayang banged kmaren ga jadi ngikutt :((

Fakhrudin Aziz Sholichin said...

Ya udah ntar bikin film sendiri di tepi sungai nil :-) trus dipamerin sendiri. Gimana? haha

Anonymous said...

Nah, Alhamdulillah akhirnya bisa kasih comment juga. Wah berhasil donk ya. acaranya.. Good Job deh...

Fakhrudin Aziz Sholichin said...

Alhamdulillah. Blogspot memang bisa jadi teman yang sewaktu2 bisa diajak share.

noorlara said...

Saudara,
kamu sudah tentu sesuai aje menjadi hero bolywood pasti ramai peminat nanti apapun biar habis study ya.

Sememangnya Indonesia banyak mengeluarkan filem / drama berunsur keagamaan. Di Malaysia ini udah banyak sekali yg ditayangkan dan mendapat sambutan hangat.

Masih kesejukan lagi ke?

Fakhrudin Aziz Sholichin said...

Iya Noor...Selese I nak jadi Hero in Bollywood hehhe